JAGUARNEWS77.com # Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta maaf terkait penilaian 'E' atau paling buruk ke DKI Jakarta yang sempat disampaikan oleh Wamenkes Dante Saksono Harbuwono. Anggota Komisi IX fraksi PAN, Saleh Daulay menyayangkan adanya salah informasi yang disampaikan oleh Wamenkes Dante.
"Jadi gini pertama saya sangat menyayangkan adanya perbedaan informasi yang disampaikan ke DPR dan kepada media terkait dengan penilaian yang disampaikan pada Pemerintah DKI dalam menangani COVID-19 dimana disebut ada nilai kategori E kepada Pemda DKI," kata Saleh saat dihubungi, Jumat (28/5/2021).
Saleh meyakini sejak awal bahwa informasi yang disampaikan oleh Wamenkes Dante Saksono salah ketika rapat dengar pendapat dengan Komisi IX, pada Kamis (27/5). Menurutnya itu terbukti lantaran DKI selalu berusaha sungguh dalam menangani pandemi Corona.
"Saya rasa bahwa informasi ini memang tidak tepat, karena saya melihat DKI merupakan salah satu pemda yang sungguh-sungguh dalam menangani pandemi, segala upaya sudah mereka lakukan mulai dari awal COVID ada sampai sekarang, dari sarana pra sarana yang dimiliki mereka, baik dimiliki pemerintah bahkan jika kurang mereka tetap bisa memakai sasaran yang dimiliki pihak lain, itu sudah dilakukan. Itu saya kira itu etos kerja yang perlu diapresiasi," jelasnya.
Saleh lantas menjelaskan kesalahan Wamenkes Dante ini sebetulnya dikarenakan tidak bisa hadirnya Menkes Budi Gunadi pada saat diundang rapat dengar pendapat lantaran tengah berada di Korea Selatan. Saat itu, Menkes yang berjanji memberi paparan secara daring pun tidak jadi dilakukan.
"Kami tidak tahu karena satu dan lain hal barang kali Menkesnya tidak jadi paparan, malah justru yang paparan Wamenkes, di situlah informasi (penanganan Corona di DKI terburuk) itu disampaikan, kalau sudah terjadi seperti ini, lalu ada koreksi yang disampaikan Menkes, kelihatan kan ada semacam ketidaksesuaian informasi yang diberikan oleh Kemenkes ke DPR atau publik," ujarnya.
Simak video 'Permintaan Maaf Menkes Usai Heboh Penanganan Corona DKI Terburuk':
Saleh lantas mengkritik komunikasi yang tidak baik antara Menkes dan Wamenkes hingga akhirnya perbedaan informasi ini terjadi. Dia pun meminta agar Wamenkes lebih membantu Menkes dalam menjalankan tugas.
"Kalau komunikasi internal antara Menkes dan Wamenkes baik saya kira ini nggak perlu terjadi perbedaan informasi ini. Menurut saya memang Wamenkes belum terbiasa menghadapi media, karena gini, ada banyak data data yang harus disinkronisasi pembacaan, harus disinkronisasi penggunaannya. Wamenkes ini poin ini jadi catatan sering-seringlah, jangan kelihatan di publik tidak ada koordinasi Menkes dan Wamenkes, bukankah Wamenkes diangkat untuk bantu Menkes, kalau untuk membantu harus satu irama, satu pandangan, satu isi pembicaraan, nah ini yang saya kira penting," tuturnya.
Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin meminta maaf kepada seluruh tenaga kesehatan dan petugas yang menangani Corona di DKI Jakarta. Permintaan maaf disampaikan Budi terkait nilai 'E' atau paling buruk yang diberikan Kemenkes kepada DKI terkait penanganan Corona.
"Saya menyampaikan permohonan maaf dari saya pribadi dan sebagai Menteri Kesehatan atas kesimpangsiuran berita yang tidak seharusnya terjadi," kata Budi lewat siaran langsung di YouTube Kementerian Kesehatan RI, Jumat (28/5/2021).
Dia mengatakan peta yang mengandung penilaian A hingga E tersebut merupakan peta risiko. Dia menyebut peta tersebut tak harusnya menjadi penilaian kinerja dari suatu daerah dalam menangani Corona.
"Bahwa indikator risiko ini tidak harusnya menjadi penilaian kinerja di salah satu provinsi yang sebenarnya adalah satu provinsi yang terbaik dan tenaga kesehatannya juga sudah melakukan hal-hal yang paling baik selama ini," tuturnya.
Sebelumnya, pemerintah pusat menyampaikan penilaian terhadap kualitas pengendalian pandemi tingkat provinsi. Hasilnya, tak ada satu pun daerah yang dianggap melakukan penanganan dengan baik.
Hal itu disampaikan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono saat rapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (27/5/2021). Data yang dipaparkannya berasal dari minggu epidemiologi ke-20 atau 16 hingga 22 Mei 2021.
"Atas rekomendasi, kami buat matriks, tadi ada beberapa daerah yang mengalami masuk kategori D dan ada yang masuk kategori E, seperti Jakarta, tapi ada juga yang masih di C. Artinya tidak terlalu, BOR dan pengendalian provinsinya masih baik," ucap Dante.
"Begitu juga kualitas pelayanan. Atas rekomendasi tersebut, maka kami perlihatkan masih banyak yang masih dalam kondisi kendali kecuali di DKI Jakarta ini kapasitasnya E karena di Jakarta BOR sudah mulai meningkat dan juga kasus tracing-nya tidak terlalu baik," sambungnya.
Sumber : detiknews.com
(Red)