JAGUARNEWS77.com # Jakarta - Sebagian dari KRI Nanggala yang berada di dasar laut perairan Bali Utara sudah bisa diangkat. Sejumlah fakta pun mengemuka.
Proses pencarian KRI Nanggala tidak terlepas dari peran kapal China yang ikut serta dalam tugas search and rescue ini terdiri atas Tug Nantuo-195 dan Xing Dao-863. Kedua kapal ini milik angkatan laut China.
Saat ini tugas kapal Tiongkok sudah beralih dari tahap observasi ke tahap pengangkatan. Atase Militer Tiongkok menyebut bahwa pengangkatan di bawah laut yang sangat dalam sebagai masalah yang rumit di seluruh dunia.
Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) II Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto mengungkapkan, salah satu kapal militer China berhasil mengangkat bagian liferaft KRI Nanggala-402. Pada proses pelaksanaan tugasnya militer China selalu didampingi oleh unsur TNI AL, yaitu dengan 6 kapal perang RI.
"Ini adalah Liferaft. Jadi ini digunakan kalau kita mengalami kedaruratan pada posisi yang memungkinkan dia bisa dilepaskan, ada alatnya di bawah untuk melepaskan. Nah ini sudah diambil, ini tertimbun oleh lumpur, sama Tan Suo ER HAO sudah ditali sudah dinaikkan, maaf tidak saya bawa ke sini karena beratnya kurang lebih 700 kg, satu buah ada di sini," kata Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) II Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto di Lanal Denpasar, Selasa (18/5/2021).
Dirangkum detikcom, berikut ini fakta-fakta terkini KRI Nanggala setelah sebagiannya berhasil diangkat:
Bodi Terpisah hingga 47 Meter di Dasar Laut
KRI Rigel bersama dengan MV Swift Rescue telah mendapatkan data bawah laut dimana posisinya dari Nanggala yang sebenarnya. Tetapi gambaran tersebut masih secara garis besar dan belum detail. Namun koordinat sudah ada sehingga memudahkan pencarian lebih lanjut.
Menurut Pangkoarmada II Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto, jarak antara haluan dan anjungan badan KRI Nanggala-402 kurang-lebih 107 meter. Kemudian jarak antara dan haluan dengan datum di mana perkiraan kapal selam mengalami kedaruratan kurang-lebih sejauh 47 meter. Sementara jarak antar stern atau buritan dengan swirl section itu kurang-lebih 36 meter.
"Data KRI Rigel diteruskan MV Swift Rescue dari Singapura untuk memastikan di mana posisi yang sebenarnya. Selanjutnya, setelah dilaksanakan identifikasi lebih lanjut maka bagian-bagian KRI Nanggala telah ditemukan di mana posisi dari bow section atau haluan, sail section atau anjungan dan stern section atau buritan," kata Iwan.
Liferaft KRI Nanggala Berhasil Diangkat
Liferaft dari kapal selam KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan Bali berhasil diangkat. Liferaft di kapal selam ini berjumlah dua unit. Liferaft merupakan alat yang digunakan jika kapal mengalami kondisi kedaruratan.
"Sama Kapal Tan Suo Er Hao sudah sudah ditali, sudah dinaikkan," ujar Pangkoarmada II Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto.
Iwan mengatakan saat ini belum ada bagian-bagian besar lain yang bisa diangkat. Bagian besar yang dimaksud yaitu bow section (haluan), sail section (anjungan), dan stern section (buritan).
Iwan menjelaskan, kapal Tan Suo Er Hao juga sudah berupaya mengangkat anjungan. Berat anjungan dari KRI Nanggala itu awalnya diperkirakan kurang-lebih 18 ton.
"Bayangkan 18 ton dibawa dari bawah diangkat ke atas yang memasang adalah robot bukan manusia pakai sling dikaitkan di mana-mana tempatnya itu untuk mengangkat," ujar Iwan.
Namun anjungan tersebut tidak berhasil diangkat karena sling yang digunakan putus. Setelah diperkirakan ulang, berat anjungan itu kemungkinan lebih dari 20 ton.
Pressure Hull Diduga Berada di Dekat Kawah Misterius
Dari upaya pencarian itu, Badan tekan (pressure hull) KRI Nanggala-402 diperkirakan berada di dekat kawah misterius. Pangkormada II Laksamana Muda Iwan Isnurwanto menjelaskan, kawah tersebut memiliki diameter kurang-lebih 38 meter. Namun belum diketahui pasti apa sebenarnya kawah tersebut.
"Lokasi badan tekan pressure hull secara pasti belum dapat digambarkan, kami hanya memperkirakan saat ini. Mungkin posisinya sekali lagi mungkin posisinya di kawah tersebut, di crater yang berdiameter 38 meter, dengan kedalaman lebih-kurang 10-15 meter kedalamannya itu pun masih belum bisa masuk ke dalamnya," kata Iwan.
"Ada satu hal di sana tempat carter atau kawah yang lebarnya kurang-lebih diameter 38 meter dengan kedalaman kurang-lebih 10-15 meter, ini yang sampai saat ini kita belum mengetahui apa sebenarnya kawah tersebut," sambung dia.
Dari hasil survei bawah laut itu, kapal Tan Suo Er Hao melaksanakan dive operations. Salah satunya operasi difokuskan pada kawah di dekat bagian KRI Nanggala-402.
Iwan menjelaskan area pencarian pun diperluas. Saat ini, kata Iwan, masih ada bagian kapal yang belum ditemukan, yaitu pressure hull.
Kemungkinan Jasad Kru KRI Nanggala-402 Ada di Pressure Hull
Pangkormada II Laksamana Muda Iwan Isnurwanto mengatakan pihaknya telah melapor kepada pimpinan TNI AL terkait proses evakuasi KRI Nanggala. Dia mengatakan, pada akhir Mei, tindak lanjut proses evakuasi KRI Nanggala-402 akan dibahas kembali.
Iwan juga bicara soal kemungkinan posisi jasad 53 kru KRI Nanggala-402 berada di bagian badan tekan (pressure hull) kapal selam. Namun belum diketahui posisi badan tekan tersebut.
"Lalu tadi disampaikan, apakah personelnya di sana? Dengan tak ditemukannya personel pengawak, maka mungkin akan ada di sana. Di mana? Mungkin di badan tekan. Tapi kami belum tahu sampai di mana posisinya," katanya.
Sempat ada dugaan badan tekan KRI Nanggala-402 masuk ke kawah yang ada di dasar laut. Kawah tersebut lokasinya berada tak jauh dari lokasi ditemukannya anjungan dan buritan KRI Nanggala-402.
Laksda Iwan mengatakan kapal China sempat mengecek kawah tersebut. Namun belum ada tanda-tanda badan tekan KRI Nanggala-402 ada di dalam kawah tersebut.
KRI Nanggala-402 Deformasi hingga Pecah
TNI memastikan badan kapal selam KRI Nanggala-402 pecah bukan karena ledakan. Pangkoarmada II Laksda TNI Iwan Isnurwanto mengatakan diduga kuat KRI Nanggala-402 mengalami kecelakaan. Menurutnya, jika KRI Nanggala-402 meledak sebelum menyentuh dasar laut, kapal TNI AL lain akan mendeteksinya.
"Kalau kapal ini meledak, pada saat itu juga pasti berhamburan dan muncul ke permukaan. Tapi sampai saat ini tak ada pecahan yang muncul di permukaan. Kalau meledak, kapal kami yang mempunyai kemampuan sonar, mendengar suara di dalam air. Pasti mendengar," jelas Iwan.
Iwan lalu menjelaskan soal kemungkinan yang dialami KRI Nanggala-402 saat tenggelam. Dia mengatakan kapal selam akan mengalami perubahan bentuk jika telah melewati batas kedalaman yang diizinkan.
"Kapal selam di dunia itu maksimum 500 meter untuk posisi yang tak diizinkan untuk menyelam lagi. Jadi kalau lebih dari 500 meter, maka dia akan mengalami deformasi. Kalau (botol minuman kemasan) ini (mengalami deformasi) dia langsung seperti kerupuk, kres," katanya.
Dia mengatakan, dalam kondisi tersebut, kapal selam akan terus tenggelam dengan kecepatan cukup tinggi. Terlebih sebuah kapal selam memiliki bobot lebih dari 1.300 ton.
"Kenapa terjadi pecahan seperti ini? Ingat, beratnya 1.300 ton, kalau diisi penuh dengan air dan lain-lain, katakan sudah menyelam, itu kurang-lebih 1.450 ton, dengan kecepatan yang ada, ada yang bisa 10 meter per detik kecepatannya, setelah 300-400 meter, dia akan mengalami deformasi bentuk," tuturnya.
"Sudah kecepatan tinggi, deformasi, kena dasar laut, maka akan terjadi pecah. Akan seperti itu," imbuh dia.
Sumber : detiknews.com
(Red)